Keluarga adalah elemen penting dalam hidup kita. Tempat untuk berbagi suka dan duka. Menikahi suami / istri kita tentu saja memperoleh paket keluarganya juga . Ibu yang baru saja memiliki bayi dan sedang menyusui butuh bantuan dan dukungan positif dari keluarga besar itu . Betapa pentingnya dukungan keluarga dalam setiap langkah hidup kita. Yang utama adalah suami , orang tua kita dan mertua kita , selain tentunya kakak adik kita dan saudara ipar. Tapi bagaimana bila pola asuh dan menyusui kita bertentangan dengan mereka ?
Pentignya dukungan keluarga diawali dari sang suami. Suami adalah elemen paling penting untuk mendukung istri dalam menerapkan setiap keputusan dalam keluarga. Suami harus mendukung istri sepenuhnya termasuk mendukung istri untuk menyusui bayinya. Istri akan senang dan tenang saat menyusui karena dukungan positif suami. Karena kunci awal sukses menyusui adalah keyakinan diri dan tidak stress. Dengan dukungan maka istri semakin PD untuk menyusui dan bersama-sama mencari info serta belajar terus bersama untuk memahami situasi ini akan menyenangkan untuk dilalui. Tetapi bisa saja ketenangan ini terusik karena komentar negatif tentang menyusui dari orang tua atau mertua. Terutama bagi mereka yang satu rumah dengan orang tua / mertua. Seringkali orang tua lupa kalau anaknya sudah menikah dan sudah dewasa untuk menentukan segala keputusan. Tetap saja masih dianggap anak kecil yang harus nurut dan tunduk pada kehendak orang tua. Tiap orang yang sudah menikah adalah orang dewasa yang berhak menentukan hidupnya sendiri dengan segala konsekuensinya. Orang tua / mertua tidak berhak mengatur-atur bahkan memaksakan kehendaknya. Memberi saran tentu saja masih boleh itupun harus tahu batasan-batasan tanpa menyinggung anak/ menantunya.
Bayi kita adalah hak kita sebagai orang tuanya bukan hak kakek neneknya. Jadi segala sikap dan tindakan adalah hak kita termasuk pola asuh, pola makan dan teladan yang akan kita terapkan. Kurangnya dukungan , sindiran negatif , sikap meremehkan dan memaksakan kehendak kadang menjadikan masalah bagi kita dan hubungan dengan orang tua / mertua setelah memiliki anak. Pentingnya dukungan keluarga dalam menerapkan aturan bagi bayi kita sangatlah utama .Hal-hal yang sering menimbulkan pertentangan saat keinginan kita menyusui secara eksklusif :
- Orangtua/mertua ingin agar cucunya diberi susu formula.
Ini sangat mengganggu program menyusui yang kita, seakan-akan mereka meremehkan ASI bahkan kemampuan kita untuk menyusui. Seringkali pandangan ini terjadi karena ' merasa ' bayinya kurang montok atau bayi sering rewel. Yang paling parah kalau sudah terlena iklan sufor di TV dan media lainnya. Berilah penjelasan bahwa ASI adalah yang terbaik. ASI memang tidak menyebabkan bayi kegemukan. Bayi yang menangis atau rewel belum tentu karena haus . Yang utama ASI mencukupi segala kebutuhan nutrisi Bayi dan melindunginya melalui antibodi yang terkadung didalam ASI. - Orangtua/Mertua ingin agar anaknya segera diberi makan
Mereka ingin sekali agar bayi kita segera diberi makan . Entah itu bubur ataupun buah. Yang paling sering paksaan untuk memberikan pisang. Bahkan kadang keinginan mereka ini ingin dipaksakan bagi bayi yang belum berumur sebulan. Alasannya mereka " agar bayimu kenyang , pisang sangat baik lah bahkan kalian dulu kita suapi pisang juga sehat-sehat sampai sekarang ". Menurut penelitian para ahli bahwa Makanan Pendamping ASI sebaiknya diberikan saat usia 6 bulan. Pada usia 6 bulan pencernaan bayi sudah mulai siap dengan pengenalan pada makanan. Itupun harus diawali dengan makanan yang bertekstur sangat halus. Misalnya bubur saring. Pemberian makan terlalu dini akan membahayakan pencernaan bayi selain kemampuan menelannya yang belum sempurna. ASI harus diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama yang artinya adalah hanya ASI saja.
Kalau diantara kita harus menghadapai masalah ini tentunya kita harus sabar dan tenang. Bagaimanapun mereka adalah orang tua kita / orang tua pasangan kita. Kita harus tetap menghormatinya. Dari persepsi mereka kita pun harus sadar sebenarnya mereka sangat sayang kepada kita dan cucunya .Mereka juga menginginkan yang terbaik pula bagi kita dan bayi kita . Tapi mungkin cara penyampaiannya yang tidak pas dan tidak sesuai dengan pola asuh kita saat ini. Berbeda pendapat boleh saja tapi jangan sampai timbul perselisihan yang dapat memutuskan tali silahturahmi. Sering jiwa muda kita juga berontak dan menyampaikan rasa tidak setuju dengan cara keras bahkan kasar . Hindari cara ini . Sebaiknya bicarakan baik-baik dan bertukar argumen dengan diskusi santai tanpa menggurui orang tua. Gandeng pasangan kita sebagai orang tengah yang mendukung kita. Alihkan pembicaraan juga bisa mengatasi ketegangan. Ingatlah bahwa ikatan kekeluargaan jauh lebih penting daripada masalah perasaan menang atau kalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar